Trilogi Jawa Filmabend mit Ascan Breuer +++ EUROPA-PREMIERE +++

Donnerstag, 2. Juli 2015 / 18:30 – 21:30 Uhr
Bürgerzentrum Alte Feuerwache, Melchiorstraße 3, 50670 Köln – Kinoraum

Der Wiener Filmemacher Ascan Breuer – von der Republik Österreich als „Outstanding Artist 2015“ ausgezeichnet und Absolvent der Kölner Kunsthochschule für Medien (KHM) – zeigt seine drei aktuellsten Filme, die sich mit Java / Indonesien beschäftigen, dem Land aus dem seine Mutter stammt, und dem er sich nicht nur autobiografisch verbunden fühlt. Die Präsentation der TRILOGI JAWA hat damit Europapremiere. JAKARTA DISORDER, dem zweiten Teil der Filmtrilogie, wurde in diesen Tage der „Eine Welt Filmpreis NRW 2015“ zuerkannt.

Till Kniola, Referat für Popkultur und Filmkultur, Kulturamt Köln wirkt an diesem Abend als Pate mit.

Establishing shot of Riding My Tiger, 2014, © Victor Jaschke / Ascan Breuer

Establishing shot of Riding My Tiger, 2014, © Victor Jaschke / Ascan Breuer

  • 18:30 Uhr

JAKARTA DISORDER

AT/ID 2013 • 89 Min. • OmdU

Zwei Frauen bei ihrem Kampf gegen bürokratische Windmühlen und das Erwachen einer sozialen Bewegung: Ascan Breuer wählt die zunehmende Unvereinbarkeit von Slumrealität in der Megacity Jakarta und marktwirtschaftlichem Wachstumsimperativ als Ausgangspunkt für eine kritische Analyse der latenten Konflikte. Die Auseinander-setzungen münden 2013 in Begegnungen mit Joko Widodo, dem damals neuen Gouverneur von Jakarta, der im Oktober 2014 Präsident Indonesiens geworden ist.

  • 20:30 Uhr

PARADISE LATER

AT/D/ID 2010 • 13 Min. • OV (en)

Eine dokumentarische Literaturverfilmung: Im Kopf eines Geschäftsreisenden befahren wir einen sich durch apokalyptische Landschaften schlängelnden Fluss. Ein Gedankenstrom reißt uns kurz in einen Strudel aus Anklage, Verurteilung und Selbstrichtung. Der Kurzfilm war 2010 auf der Berlinale für den „Goldenen Bären“ nominiert.

RIDING MY TIGER

AT/ID 2014 • 40 Min. • OmdU

Ascan Breuer sucht nach einem Tigergeist, der im Haus seiner Vorfahren auf Java herumgespukt haben soll. Breuer ist dabei Hauptfigur, Regisseur und Autor. Mit Victor Jaschke an der Kamera als „Dokumentarisches Labor“-Duo erzählt er die Geschichte seiner javanisch-chinesischen Familie und verleiht ihr universellen Charakter.

Ticketpreis Trilogie: 12,- € / erm. 8,- €

Einzeltickets: 6,- € / erm. 4,- €

Reservierungen unter: mail@dig-koeln.de

Die Trilogi Jawa besteht aus drei Dokumentarfilmen des Filmemachers und Anthropologen Ascan Breuer, die zwischen 2006 und 2014 im Dokumentarischen Labor (Wien) entstanden sind. Die Filme setzen auf unterschiedliche Weise Gesellschaft und Kultur Indonesiens in Szene. Sie sind seit 2010 nacheinander erschienen und wurden seither international gezeigt, u.a. auf der Berlinale, beim Festival de Cannes und im MoMA, New York. Vollständig wurde die Filmtrilogie erstmals im Oktober 2014 vom Goethe Institut in Jakarta vorgestellt. Die DIG Köln präsentiert die Trilogi Jawa hiermit erstmals in Europa.

Das Zusammenspiel der drei Filme zeichnet sich dadurch aus, dass jeder einzelne Film durch die anderen in ein überraschend neues Licht gesetzt werden – und auf diese Weise zum nochmaligen Nachdenken auffordern.

Jakarta Disorder ist jüngst der „Eine Welt Filmpreis NRW 2015“ zuerkannt worden; „Bester Film“ (Int. Dokumentarfilmfestival Bishkek 2014, Kirgisistan).

Der Film lief bereits am 4.9.14 in Köln, dazu: WDR 3 – Resonanzen: Radio-Gespräch mit Regisseur Ascan Breuer zum Nachhören: www.wdr3.de/filmundmedien/jakartadisorder102.html

Der Filmabend der DIG ist ein Beitrag im Vorfeld der Frankfurter Buchmesse 2015, bei der Indonesien Ehrengast ist [ www.buchmesse.de/de/ehrengast ].

Bis Oktober finden in Köln eine Reihe weiterer Veranstaltungen der DIG statt, u.a. die Aufführung einer Opera Batak [ www.dig-koeln.de ].

Ascan Breuer, „Outstanding Artist 2015“ (Republik Österreich), geboren 1975 in Hamburg, deutsch-chinesisch-indonesischer Abstammung, lebt als Filmemacher, Medienkünstler und Kulturwissenschaftler in Wien, lehrt Dokumentarfilm und Visuelle Anthropologie an der Universität Wien, Gründer des „Dokumentarischen Labors“. Studium an der Universität Wien und der Kunsthochschule für Medien (KHM) in Köln.

© Lukas Maul

© Lukas Maul

WEBLINKS:

DIG Köln: www.dig-koeln.de

Kölner Kino Nächte: www.koelner-kino-naechte.de

Jakarta Disorder: www.JakartaDisorder.com

FACEBOOK:

Trilogi Jawa: www.facebook.com/TrilogiJawa

Jakarta Disorder: www.facebook.com/JakartaDisorder

Riding My Tiger: www.facebook.com/RidingMyTiger

Goethe Institut Jakarta (21. Oktober 2014)

TRILOGI JAWA: „Jakarta Disorder“, „Riding my Tiger“ dan „Paradise Later“
karya Ascan Breuer (sutradara) dan Victor Jaschke (juru kamera), DOKUMENTARISCHES LABOR (Lab Dokumenter), Wina.

JAKARTA DISORDER (2013, 89 min), mengobservasi perkembangan masyarakat sipil selama bertahun-tahun di Indonesia yang mengarah kepada Kepresidenan Joko Widodo. Film Dokumenter ini bercerita tentang dua orang perempuan pemberani di Jakarta yang memperjuangkan partisipasi masyarakat miskin di dalam sebuah demokrasi yang baru. Pembangunan perumahan yang berkembang pesat  menyebabkan penggusuran kampung-kampung kumuh di tengah kota. Bersama-sama dengan kawan-kawan, kedua perempuan ini memutuskan untuk berjuang melawan ketidakadilan di Megacity Jakarta dimana saat ini sedang berlangsung pemilihan presiden.

Dalam film terakhirnya, RIDING MY TIGER (2014, 42 min), sutradara Ascan Breuer melakukan pencarian roh seekor harimau yang telah menghantui rumah nenek moyangnya di Jawa. Untuk menemukan roh ini bukanlah hal yang mudah, karena harus dipanggil secara terhormat.  Beberapa cerita tentang itu telah berkembang, berwujud sebagai kakek dari keluarga tersebut, hantu lelaki tua yang  tinggal di kebun, pencuri dan sebagai pengrajin miskin. Hal itu juga mengingatkan kembali akan perlawanan melawan penjajah Belanda dan konflik yang terjadi selama perang dingin. Dengan memberdayakan Wayang Kulit, Breuer menciptakan sebuah jenis film dokumenter baru: dokumenter magis.

Film pendek, PARADISE LATER (2010, 14 min), yang pemutaran perdananya sudah dilakukan di Berlinale 2010, menceritakan efek samping dari pembangunan cepat yang terjadi di Megacity Jakarta: di pinggiran dan di celah-celah sebuah metropol yang berkembang begitu dahsyat, film ini memperlihatkan orang orang yang hidup dalam kemiskinan yang mengais-ais sampah masyarakat yang konsumeris.

Inilah tema-tema yang digeluti oleh Ascan Breuer dalam film-filmnya: Bagaimana kaum terpinggirkan dan orang orang miskin bertahan di tengah -tengah modernisasi yang berkembang dengan kecepatan tinggi meskipun mereka tidak berpartisipasi di dalamnya? Bagaimana mereka hidup dengan layak? kemungkinan apa yang mereka miliki untuk emansipasi mereka sendiri? Bagaimana mereka mengatur diri mereka sendiri? Dan apa peran tradisi dan mitos dalam satu masyarakat yang mendorong ke modernitas? Film-film Ascan juga merupakan sebuah pencarian akan akarnya di kampung halaman ibunya: Indonesia.

Ascan Breuer lahir di Hamburg pada tahun 1975, ia adalah pria berdarah Jerman, Cina dan Indonesia. Ia bekerja sebagai seorang pembuat film, seniman media dan ilmuwan budaya di Wina. Ia mengajar Antropologi Visual di Institut Ethnologi Eropa (Universitas Wina). Ascan menempuh pendidikan di University of Vienna dan Sekolah Seni dan Media di Cologne. Karya karyanya berhubungan dengan topik topik seperti pelarian, kebebasan, migrasi, kekuasaan dan emansipasi. Film dan video instalasi nya ditampilkan secara internasional (seperti di Berlinale, Cannes, MoMA New York)

Kontakt: mertes@dig-koeln.de